Featured Video

Jam

Selasa, 04 Oktober 2011

Setetes Embun Cinta

Hai Farmasi'bloggers jumpa lagi nih, kali ini blog Farmasi menambah lagi berita yang akan disajikan kepada teman-teman tidak hanya berita yang mencakup kesehatan atau kefarmasian dari berbagai belahan dunia dan software-software PC, kali ini blog farmasi akan menyajikan Novel-novel buatan Home Industri hehehehe... loh ko kenapa harus novel? karena saya hanya ingin blog Farmasi ini hanya mencakup 1 sumber bahasan saja tapi juga bisa mencakup aspek-aspek lainnya... Insya Allah Novel akan terus diupload tiap hari Sabtu atau Minggu... jadi buat teman-teman pecinta Novel ga ada salahnya untuk membacanya di Blog Farmasi ini......... semoga teman-teman bisa menerima dan senang untuk membacanya.. terimakasih dan silahkan membaca!! ^_^ jangan lupa kasih koment ya??




 

Setetes Embun Cinta

Karya : Fitria S.H

#1 Pagi yang cerah

Angin terasa sejuk menyibak beberapa helai rambutku, silau cahaya matahari pagi mulai mengintip kecil keseluruh penjuru bumi. Dahan-dahan tampak indah keemasan bak dihiasi butir-butir mutiara bertahtakan permata. Jalanan terasa hangat menyempurnakan pagi yang cerah ini.
Kulangkahkan kakiku melewati gerbang kampus yang terlihat semakin usang tertiup zaman. Di sampingnya berjejer para penjual makanan yang siap berbenah untuk menjajakan makanan yang mereka jual. Tak jauh dari situ kulihat banyak anak-anak yang mulai terbuai oleh harumnya makanan dan mulai asyik memilih makanan mana yang mereka suka. Sesaat akupun terbuai oleh harumnya aroma makanan itu, tetapi hatiku mencegahnya karena ada hal yang lebih penting dibandingkan makanan-makanan itu.
Kupercerpat langkahku di dataran tanah yang telah dilapisi keramik putih yang cukup berdebu dan dipagari tembok-tembok besar yang menjulang tinggi. Di kelilingi hamparan rumput dan pepohonan rindang yang membuatnya semakin sejuk dan menawarkan hawa yang membuat orang akan terbuai bila menutup mata. Kulihat beberapa mobil dan motor tertata rapih di sepanjang halaman kampus.
Tempat yang kutuju berada di lantai 3 sebuah gedung perkuliahan. Dengan langkah kaki yang cepat dan nafas tersengal-sengal akhirnya akupun sampai di tempat yang kutuju. Kuhentikan langkahku tepat di depan pintu kayu yang dilapisi pernis agar terlihat mengkilap dengan gagang besi yang tertempel kokoh pada pintu kayu tersebut. Sesaat kemudian ku ketuk pintu itu tiga kali “tok..tok..tok..” suaranya menggema ke seluruh ruangan. Dari dalam Ruangan terdengar suara yang menyuruhku untuk masuk dan membuka pintu.
Tanpa rasa cemas, kubuka pintu itu dan ku ucapkan salam “assalamu’alaikum”
“maaf pak, saya terlambat” ucapku sambil mendekati sesosok laki-laki bertubuh tinggi dan agak gempal. Rambutnya sudah mulai beruban dan dia memakai kacamata  tebal bak seorang yang senang membaca.
“ya.. silahkan duduk” jawab lelaki itu mempersilahkan agar aku cepat duduk dan mengikuti kuliah yang sedang dia sampaikan.
“baik sampai mana tadi?” tanyanya kepada mahasiswa-mahasiswi yang mengikuti kuliahnya pagi itu
“sampai pengertian Logaritma pak” jawab sorang mahasiswa mengingatkan
“ya betul…”
“baik saya akan mulai menjelaskan apa itu logaritma dan bagaimana cara mengerjakannya, saya harap kalian mendengarkan dengan baik dan memahaminya. Jika penting silahkan di catat” jelas pak Rachmat kembali
Sebenarnya namanya adalah Pak Rachmat. Dia tinggal cukup dekat dengan kampus dan hanya ingin memberikan kuliah pagi hari. Menurutnya pagi hari itu adalah awal dari dimulainya kehidupan. Jika kita malas untuk bangun pagi maka rejekipun tidak akan mendatangi kita, begitu kata beliau yang sangat tidak senang dengan mahasiswa-mahsiswa yang malas bangun pagi. Oleh karenanya tidak banyak mahasiwa yang mengikuti kuliah ini. Kebanyakan mereka hanya hadir jika sudah mendekati waktu ujian.
Pak Rachmat mulai menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan logaritma, dan tak lupa memberikan contoh-contoh soalnya. Sebenarnya dulu sewaktu SMA pernah diajarkan tentang logaritma ini, tetapi karena berjalannya waktu dan banyak yang harus dipikirkan maka ingatan akan pelajaran itu sudah terhapuskan dan hanya menyisakan sedikit saja tentang pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari. Mungkin bagi sebagian orang, mengingat adalah suatu keahlian dan karunia yang diberikan Tuhan kepada kita, tetapi ada juga yang sulit mengingat hal-hal yang seharusnya di anggap wajar dan penting. Termasuk diriku. Aku merupakan gadis yang sulit sekali mengingat suatu hal, tetapi jika hal itu adalah sesuatu yang aku senangi maka dengan mudah aku akan mengingatnya, malah di luar kepala.
Soal-soal yang diberikan Pak Rachmat cukup membuat kami semua pusing tujuh keliling, karena tidak sama dengan contoh yang diberikan oleh beliau. Oleh karenanya, kami harus ekstra kerja keras agar dapat menyelesaikan soal-soal yang tertulis rapi di whiteboard tersebut.
Pak Rachmat akan memberikan nilai tambahan jika ada salah satu di antara kami yang berhasil mengerjakannya di whiteboard tersebut.
Tetapi salah satu dari kami tidak ada yang cukup berani untuk menuliskan hasil dari soal-soal yang di berikan. Sehingga bonus nilai yang awalnya di ajukan oleh Pak Rachmat menjadi hangus terbawa kepingan-kepingan keberanian yang hilang begitu saja dari diri kami. Bonus nilai yang diberikan oleh beliau merupakan suatu hal yang mungkin akan sangat menguntungkan bagi kami, karena Pak Rachmat bukanlah dosen yang mudah memberikan nilai. Beliau terkenal pelit di kalangan dosen-dosen lainnya.
Akhirnya waktu 2 jam bersama Pak Rachmat selesai sudah. Pak Rachmat mulai meninggalkan kelas dengan guratan wajah kekecewaan, mungkin karena dia merasa tidak dapat memberikan pemahaman yang mudah bagi murid-muridnya. Sehingga tidak satupun dari kami yang berani mengerjakannya di depan kelas.
Sejenak akupun mulai melangkahkan kakiku  keluar dari kelas yang mungkin menjenuhkan bagi diriku. Tapi belum sempat kakiku melangkah ada sesosok tubuh yang mendekatiku dan melemparkan senyuman manis yang tak kalah manis dengan pemanis buatan. Dia adalah Amira, sahabat terbaikku. Kukira dia tidak akan mengikuti kuliah yang disampaikan oleh Pa Rachmat, tetapi ternyata di sudah lebih dulu datang dan mengikutinya dengan seksama. Pernyataanku ini di dukung kuat oleh rasa tidak sukanya kepada Pa Rachmat yang tempo hari memberikan nilai C di Ujian Tengah Semesternya. Aku tidak tahu kenapa? Tapi yang pasti Amira merupakan anak yang cukup pintar dan patut untuk dijadikan saingan dalam pelajaran.
*****
“pagi Nisa…”
“udaranya cerah ya? Cocok buat jalan nih, he..he..” ucap Amira terdengar sedikit mencurigakan
“pagi juga”
“tidak seperti biasanya kamu menyapa begitu? Memangnya ada angin apa?” tanyaku curiga
“he..he..he.. kamu kok curiga begitu sih sama aku?? Aku hanya ingin mengajak kamu buat nemenin aku ke pasar kok, mau ada yang aku beli nih. Kamu mau ya menemani aku?”
“loh.. memangnya tidak ada di toko sebelah kampus ya? Ko minta di temani ke pasar sih amira” tanyaku
“habis, di toko itu kan mahal Sa, lagian aku sudah survei, dan ternyata barang yang aku cari memang tidak ada di toko itu”
“ya sudah kalau begitu, aku temani deh.. memang barang apa sih yang mau kamu beli? Penting sekali ya?”
”ya Sa, bagiku ini penting banget. Aku ingin membeli merchandise untuk hadiah ulang tahun Kak Nara minggu depan”
”Ka Nara?”
“iya.. Memangnya ada apa Sa?”
”bukannya dia itu teman main kamu sejak kecil ya?”
”memang dia sekarang ada dimana?”
”loh, ko kamu tau sih Sa?”
”kan dulu kamu pernah cerita tentang dia ke aku. Kamu suka ya ma dia?”
”iih.. kamu sok tau banget sih”
”tuh kan, mukamu merah lho”
”masa sih??”
”kamu sih ngomong seperti itu ke aku, aku kan jadi malu Sa”
”ga usah malu Amira, rasa suka kan wajar dirasakan. Aku juga pernah mengalaminya. Tapi aku tidak bisa menyampaikan perasaanku secara langsung”
”kenapa begitu?”
”ceritanya panjang. Kapan-kapan saja ya aku ceritanya”
”dasar, kamu pelit sekali sih?”
”biar saja.. aku mau membuat kamu penasaran sih.. he..he..he..”

# 2 Di Balik Kenangan Indah

Matahari mengintip kecil di balik awan putih yang terlihat bergerumul bagaikan kumpulan biri-biri yang sedang berada di padang rumput. Sehingga tak kurasakan panasnya sinar matahari yang langsung menerpa kulit. Membuat perjalanan kami cukup menyenangkan. Orang-orang terlihat lalu-lalang di sepinggir jalan, berharap untuk cepat mencapai tempat tujuan. Kami berdua-pun segera mempercepat langkah kami, agar tidak terjebak oleh kerumunan arus pejalan kaki yang cukup sulit dilewati.
Tak jarang kami berdua beradu lengan, bersenggolan dengan orang lain. Membuatku bergumal sendiri dan sedikit menatap sinis orang-orang di sekitarku.
Berbeda dengan Amira yang tidak terganggu dengan keadaan sekitar, karena yang dia rasakan adalah rasa senang yang sebentar lagi-dalam waktu beberapa menit akan mendapatkan apa yang dia cari.
Kami telah melewati beberapa blok toko yang lebih di dominasi oleh toko pakaian atau tekstil, sedang yang lainnya adalah toko sepatu dan aksesoris. Untuk sesaat aku menikmati perjalanan ini, karena rasa lelahku terbayar oleh pemandangan indah dan itu sangat wajar bagi kaum perempuan, yaitu pakaian yang berjejer rapi dengan model yang terbaru. Wah... ingin rasanya aku mencoba semua pakaian baru itu dan memakainya. Tapi mungkin takkan terlaksana sekarang, karena aku harus lebih dulu mengutamakan tujuanku datang kesini, yaitu untuk menemani Amira mencari hadiah untuk teman masa kecilnya. Ahh.. bahagianya sahabatku itu, menyukai laki-laki yang sudah sangat dikenalnya. Jadi tidak ada yang perlu disembunyikan lagi. Aku juga ingin sekali merasakannya, membeli hadiah buat orang yang kusukai. Saling berkirim pesan dan bertukar pikiran. Uuh.. kapan hal itu akan terjadi ya dalam hidupku. Sudah sangat lama semenjak aku berpisah dari orang pertama yang kusukai. Walaupun pertemuan kami bisa dibilang singkat, tetapi rasa suka dalam hatiku timbul begitu cepat. Sangat menyenangkan untuk berbagi pengalaman dengannya dan dia juga merupakan seorang pendengar yang baik. Tapi ternyata memang takdir pula yang menentukan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain memendam perasaan ini dalam hati. Menjadikannya sebuah kenangan yang mungkin takkan terlupakan.
”Sa.. haloo.. jangan bengong begitu dong. Kita sudah sampai nih di tokonya. Kok kamu malah bengong begitu sih?”
”duh, maaf ya Ra. Ada yang aku pikirkan tadi, jadi aku tidak fokus dengan keadaan”
“tapi kamu tidak sakit kan Sa? Maaf ya aku sudah memaksa kamu buat ikut mengantarkan aku kesini”
”tidak apa-apa kok Ra, aku tidak sakit. Hanya ada hal yang sedang aku pikirkan tadi. Kamu tidak perlu khawatir.”
”nah sekarang kamu pilih, mana yang akan kamu jadikan hadiah buat Ka Nara”
”siip.. aku milih hadiahnya dulu ya. Nanti tolong di lihat bagaimana pilihanku. Bagus atau tidak. Oke?”
“oke”
Amira sibuk memilih-milih barang mana yang nantinya cocok untuk di jadikan hadiah buat Ka Nara. Sedangkan aku sibuk mengamati sekitar. Kulihat banyak barang-barang yang di jual di toko tersebut. Mulai dari produk olah raga, pernak-pernik lucu hingga pajangan-pajangan indah yang jarang di temukan di toko-toko manapun. Toko yang kami datangi merupakan toko yang cukup besar, dengan suasana yang nyaman. Arsitekturnya bergaya Rusia. Karena banyak ukiran dan pahatan pada langit-langit dan dindingnya. Ukiran itu terasa kental dengan  tambahan ornamen-ornamennya. Semakin ku perhatikan maka aku semakin takjub melihatnya, tak kusangka di tempat tradisional seperti ini terdapat toko yang menyuguhkan keindahan dan kenyamanan. Walaupun cat yang melapisinya sudah sedikit pudar, tetapi tetap tidak menghilangkan keindahan yang terpancar dari toko itu.
”Sa, bagaimana menurutmu?” tanya Amira sambil menepuk pundakku, menyadarkanku dari lamunanku dan rasa takjubku terhadap toko itu.
Amira menyodorkan sebuah merchandise team sepakbola italia – Juventus – berupa pajangan Bola yang bertuliskan team tersebut. Pajangan itu tidak terlalu besar, hanya seukuran bola kasti. Tetapi tetap saja itu adalah sebuah hadiah yang bagus. Dan sangat cocok dengan Ka Nara
”bagus Ra, kamu pintar sekali memilih. Jangan-jangan kamu bertanya sendiri ya ke Ka Nara?” tanyaku heran
”benar nih bagus?”
Aku mengangguk
”wah, akhirnya ku temukan juga harta karun Ka Nara yang sejak dulu di inginkannya” jerit Amira sembari memeluk barang tersebut
”apa maksudnya Ra?”
”sebenarnya aku dan Ka Nara sejak dulu sudah sering berkunjung ke tempat ini, tapi itu sudah lama sekali, sewaktu kami kecil”
”dulu Ka Nara sering mengajakku ke toko ini, dia ingin memperlihatkannya kepadaku. Bahwa ada tempat yang memiliki banyak harta karun yang indah di dunia ini, dan ini adalah salah satunya. Tapi waktu itu dia tak memiliki cukup uang untuk membeli barang ini. Dia sangat menyukai barang ini sejak pertama kali melihat pertandingan bola di televisi. Kuharap dia ingat akan kenangan masa kecilnya bersamaku. Dan tak kusangka barang ini masih di jual di toko ini” jelas Amira
”dia pasti akan ingat tentang masa kecilnya bersama denganmu Amira. Dan itu akan menjadikan barang itu menjadi harta yang paling bernilai di matanya”
”terimakasih ya Sa, kamu mau menemani aku mencari hadiah untuk Ka Nara”
”ya, sama-sama. Aku juga senang melihat kamu menemukan hadiah yang bagus untuk Ka Nara”
Kami berdua kemudian tertawa dan kembali melihat-lihat barang-barang lucu lainnya. Aku memutuskan untuk membeli sebuah kotak musik dan action figure tokoh anime. Kotak musik yang ku beli memiliki suara yang indah dan dapat menyejukkan hati. Akan ku dengarkan alunan musiknya sebelum ku tertidur. Ini merupakan barang yang bagus sekali untukku. Action figure yang ku beli mengingatkanku akan sosok diri-nya yang telah lama pudar dalam hari-hariku, tetapi tidak untuk kenangan-kenangan indah yang jelas masih tersimpan baik dalam ingatanku.
Akhirnya kami berdua-pun pergi meninggalkan toko yang mempunyai arsitektur bergaya Rusia tersebut.
”Mungkin suatu saat nanti aku akan kembali ke toko ini” gumamku dalam hati
*****
Perjalanan panjang dan menyenangkan. Tak terasa waktu sudak menginjak malam. Aku dan amira berpisah di perempatan jalan. Rumah amira tidak terlalu jauh tetapi memang berbeda arah dengan rumahku.
Kepercepat langkahku, tak sabar untuk melepas lelah dengan menyegarkan diri terlebih dahulu. Kubuka gerbang rumahku yang sedikit berdecit. Dan cepat-cepat ku langkahkan kakiku menuju pintu rumahku.
”assalamualaikum...ma..”
”aku pulang” teriakku
”waailaikumsalam..”
”wah, anak mama sudah pulang. Bagaimana tadi kuliahnya? Lancar kan sayang”
”alhamdulillah ma, tapi tadi di kelas dosennya ngasih soal yang rumit sampai-sampai tidak ada yang berani maju untuk ngerjain soalnya lho ma”
”wah, sayang dong kalau begitu? Tapi kamu ngerti kan?”
”ya sedikit sih ma..he” jawabku tersipu malu
”oh ya, bungkusan apa itu yang ada di tangan kamu? Hayoo anak mama sudah mulai ada yang mengagumi ya?”
”ih apaan sih mama, tadi itu aku sama amira pergi ke pasar buat mencari hadiah gitu. Jadi ini bukan dari secret admirer  ma” jawabku menjelaskan
”wah, mama kira itu hadiah dari secret admirer kamu”
”ya bukan lah mamaku sayang. Ya sudah, Nisa mau ke kamar dulu ya ma”
“ya ya, nanti jangan lupa makan ya Sa” ucap mamaku mengingatkan
”iya ma” jawabku sembari berjalan menuju ke kamar
Kurapihkan barang-barang yang tadi ku beli bersama amira di atas meja belajarku. Ku tata rapih dan aku mulai beranjak membersihkan diriku. Sudah tidak kuat dengan aroma pasar yang menempel di tubuhku ini, hehehe.
Percikan air mengalir segar di wajah dan tubuhku, membuang semua penat dan lelahku. Tergantikan olah ketenangan dan keteduhan jiwa yang mengalir bersama dengan air.
*****


# Ada apa hari ini?

Kring...kring...kring...
                Suara jam beker membangunkanku tepat jam 5 subuh. Dengan sedikit malas akupun membuka mata dan perlahan-lahan beranjak dari tempat tidurku, berjalan gontai menuju toilet dan menyalakan kran air. Sekajap akupun langsung membelalakkan mata merasakan dinginnya air di pagi hari. Semangatku pun semakin meningkat, manakala aku mulai mengambil sajadah dan mukena yang tertata rapih di dalam lemari. Ku gelar sajadah panjangku, kupakai mukena putihku dan kumulai shalatku. Semoga Allah selalu bersama hambanya yang beriman. Amin.
                Selesai shalat ku panjatkan do’a dan kumulai membaca mushaf kecilku. Kurasakan kenyamanan dan keteduhan selesai membacanya. Mushaf kecil berwarna ungu tua yang kudapat dari ayahku disaat ulang tahun ke-17. Hadiah terindah yang pernah kudapatkan.
                Fajar menyingsing di ufuk timur, mengirimkan cahaya kecil yang mengintip di balik tirai jendela kamarku. Tak ayal akupun beranjak merapikan mukena, sajadah dan mushaf dalam lemari. Mengambil buku pelajaran dan merias diri serapih mungkin agar terlihat segar. Aku bukanlah gadis yang pandai mempercantik diri dengan segala macam riasan wajah. Aku hanya ingin tampil sesederhana mungkin walaupun memang ingin sekali bisa tampil lebih cantik dari biasanya. Tidak ada wanita yang tidak ingin tampil cantik di hadapan orang lain terlebih terhadap orang yang dikaguminya. Mungkin ini yang terjadi pada diriku, tidak ada seseorang yang kukagumi di lingkungan kampus. Jadi, tidak ada alasan untukku tampil lebih cantik dari biasanya.
                ”Nisa..sarapannya sudah siap” teriak ibu dari dapur rumahku
                ”iya bu..Nisa segera kesana” jawabku sambil cepat-cepat merapikan rambut hitamku yang kubiarkan tergerai.
Harum aroma nasi goreng buatan ibu tercium sampai ke penjuru ruangan. Membuat semua yang menciumnya ingin cepat-cepat datang menyantapnya. Begitu juga denganku, tak berapa lama aku sudah menggemgam sepiring nasi goreng beserta telur ceplok di atasnya. Sebelumnya ku baca doa terlebih dahulu dan kusantap menu sarapan pagi ini dengan lahapnya. Alhamdulillah sarapan pagi ini membuat tubuhku berenergi untuk memulai aktivitas hari ini.
*****

”Gimana Ra, hadiahnya sudah kau berikan?” tanyaku menyelidik
”Belum-lah Nisa sayang”
”Kenapa belum?? Bukannya kamu ingin cepat-cepat memberikannya untuk Ka Nara ya?”
”Huhm.. aku masih menyimpannya sampai tiba waktu yang tepat untukku memberikan hadiah itu Nisa. Dan waktu yang tepat itu masih beberapa hari lagi”
”Maksudnya?”
”aku ingin memberikan ini di hari ulang tahun ka Nara minggu depan Sa”
”oh..iya, aku lupa Ra. Hehe”
”yah..memang sudah kebiasaan kamu Sa, cepat lupa. Hehe”
”Huuuh”
Wajah ceria kedua sahabat itu menghiasi pagi yang cerah di kampus tercinta. Bersaing dengan berbagai macam ekspresi di sekeliling mereka. Memancarkan pesona indah bak bidadari bagi segelintir orang. Ternyata ada seseorang yang diam-diam memperhatikan gerak-gerik Amira dan Nisa. Memperhatikan dari jauh, mengamati dan menyelidik tingkah laku kedua bersahabat itu. Menunggu sesuatu yang mungkin menjadi titik awal yang bisa mengantarkannya pada tujuan yang lama dinantinya. 

Bersambung......


               


0 komentar:

Posting Komentar